Sunday, May 24, 2015

FANFICTION JKT48 : K3 Scandalous - Ep. 03 Trik Anak Kembar




“Ada dua orang yang selalu mengikutinya.” Ucap Natalia kepada Natasha yang berada di ruang sebelah.

“Bajumu ketat sekali, aku jadi tidak nyaman. Kukira ukuran kita sama”, Kata Natalia lagi.

“Kau kira aku mau berpakaian seperti ini? Aku mau tetap pakai celanaku, sini..”, Ujar Natasha menjulurkan tangannya di atas.

“Eh jangan, nanti aku pakai apa? Lagipula mereka bisa curiga!”,

“Huhh, menyebalkan. Kenapa kau tadi memilih pake rok bukan celana? merepotkan saja”,

“Hehehee...”, Natalia hanya terkekeh.

“Kau mengerjaiku! Kubalas kau nanti..” Natasha terpaksa setuju untuk bertukar baju dengan Natalia di toilet untuk mengecoh para pengawal Sisil.

....

“Hati-hati, mungkin tidak hanya mereka. Kenapa tidak aku saja yang mengantarkan Sisil sampai ke markasmu, itu akan lebih mudah.”, Natalia memperhatikan kembarannya yang baru keluar dan sedang memperbaiki penampilan di depan cermin.

“Ini tugasku, akan kulakukan sendiri. Lagipula aku tidak akan langsung mengantarnya sampai ke markas..”, Jawab Natasha.

“Lalu ke ma..? eh”,

“Itu urusanku. Bawa ini, aku tidak bisa membiarkanmu tanpa senjata. Semoga beruntung..” Natasha memberikan pisau belatinya. Natalia bingung kenapa dia hanya diberi sebuah pisau.

“Pistolnya juga dong..” Kata Natalia tak puas, tapi yang diajak bicara langsung pergi tanpa menggubrisnya.

Natasha menghampiri Sisil dan tampaknya para pengawal itu belum menyadari. Sedangkan Natalia keluar dari toilet beberapa saat setelahnya lalu pergi dengan temannya yang lain. Sepasang pria dan wanita yang sejak tadi berdua selalu mengikuti Sisil dan Natasha, yang mereka kira adalah Natalia.

“Mungkin kata Nat benar, ada yang lain selain mereka berdua.”, Kata Natasha dalam hati sambil mengitarkan pandangannya mencari orang yang mencurigakan. Lama-lama Natasha mulai tidak tahan lebih lama lagi bersama Sisil. Kalau lebih lama lagi bisa-bisa ketahuan kalau dia bukan temannya. Gadis itu ternyata banyak bicara dan dia mulai kewalahan menimpali pembicaraannya. Sekarang baru ia paham tidak mudahnya menjadi seorang Natalia, dia bisa membayangkan ada puluhan makhluk seperti Sisil di dalam idol grup itu yang harus ia temui hampir setiap hari. “Kuharap dia bisa diandalkan”, batinnya.

Setelah jalan-jalan agak lama, akhirnya Natasha dan Sisil sampai di salon-plus-pijat girls only. Hal ini sudah menjadi langganan kebiasaan rutin para member JKT48 setiap saat jika merasa badannya sudah terasa kaku-kaku. Di dalam ruangannya agak privat, hanya dua orang pelanggan dengan pemijatnya yang boleh masuk. Keith dan Everest pun terpaksa menunggu di luar. Beberapa menit kemudian, dua orang gadis keluar dari salon tersebut dan kedua pengawal itupun kembali mengikuti mereka.

“Mereka naik taksi, mau ke mana?”, Kata Keith mulai merasa janggal. ”Snipe, kau tetap di sini, aku dan Eve akan mengikuti mereka. Kabarkan jika ada sesuatu yang mencurigakan. Perasaanku mulai tidak enak”,




“Dimengerti!” Jawab Snipe lewat radio, masih di posisi yang belum diketahui. Keith dan Everest membuntuti Sisil dan Natalia yang naik taksi. Sebelumnya tidak ada rencana seperti ini, kata Sisil tadi hanya akan main dekat-dekat saja. Karena itulah Keith mulai curiga ada kerjasama terselubung yang belum ia ketahui.

“Mereka menuju kantor polisi. Apa-apaan ini?”, Kata Eve mulai gelisah.

“Tunggu sebentar, Snipe, apakah kau melihat sesuatu atau orang yang mencurigakan keluar setelah kami meninggalkan salon?”, Kata Keith mengkonfirmasi dugaannya.

“Sepertinya ada. Seorang perempuan seumuran dengan mereka, dia menarik sebuah tas besar. Menurutmu itu cukup mencurigakan?”, Jawab Snipe.

“Sialan! Kita ditipu mentah-mentah! Snipe, ikuti gadis itu jangan sampai hilang, kami akan menyusul...” Kata Keith.

“Angkat tangan! Don’t move!”, Beberapa orang polisi mengepung Keith dan Eve. Rupanya dua orang gadis yang tadi mereka ikuti yang melapor bahwa mereka merasa dibuntuti oleh dua orang asing yang mencurigakan. Sementara itu di lain tempat Natasha sekarang sedang membawa Sisil di dalam koper yang dipersiapkan di dalam salon tadi. Sehingga ternyata yang dibuntuti Keith dan Eve sejak keluar dari salon adalah Natalia dan temannya yang lain, yang diminta menyamar menjadi Sisil.

“Kita tidak punya waktu untuk ini,” Ujar Keith kepada Eve sambil memberikan kode lewat bahasa wajah. Mereka berdua pun lalu melumpuhkan polisi yang berjumlah empat orang dengan mudah. Natalia dan temannya segera lari meminta perlindungan ke polisi yang lain. Keith dan Everest kabur dengan membajak mobil yang lewat, sebelum lebih banyak polisi yang berdatangan.

Sementara itu, Natasha mengemudikan mobil yang entah ia dapatkan dari mana, dengan sebuah koper agak besar ditaruh tepat di belakang kursi pengemudi sehingga menutupi pandangan dari belakang.

“Kapten, Anda yakin di dalam kopor itu ada Sisil?”, Tanya Snipe di tengah pengejaran dengan sepeda motornya.

“Untuk sementara tetap ikuti saja dia, kami sedang menuju ke arahmu”, Balas Keith masih melalui radio.

“Ya, aku melihatnya, sepertinya kalian membawa masalah tambahan”, Ujar Snipe.

“Snipe, tetap fokus pada buruan kita. Kami akan atasi ini” Kata Keith dari balik kemudi. Di belakang mobil mereka terlihat dua mobil polisi dan beberapa motor patroli memaksa mereka untuk segera menepi.

“Snipe, aku melihatnya, serahkan dia pada kami. Kau tahu yang harus kau lakukan..”,

“Siap! Kuserahkan padamu!”, Jawab Snipe seketika ia keluar ke jalan yang lain, menyerahkan pengejaran Natasha kepada Keith dan Eve.

“Dia menghindari kemacetan, tapi dia menuju jalan yang salah..”, Kata Keith tersenyum kecil. Di belakang masih mengikuti dua mobil polisi. Dan sekarang mereka memasuki jalur melingkar, jalan layang!

“Ada dua mobil polisi lagi di depanmu sekitar tiga ratus meter, mereka memblokir jalan. Dan sepertinya mereka akan membiarkan gadis itu lewat” Kata Snipe lewat radio, ia sudah berdiri di posisi yang strategis memegang senapannya. “Ijin menembak, Kapten?”, Lanjutnya.

“Lumpuhkan dia Snipe!” Tegas Keith. “Siap!” Snipe melihat Natasha lewat teleskop senapan panjangnya, menunggu momen tepat untuk menekan pelatuk. Natasha menyadari pantulan cahaya dari lensa senapan milik Snipe. Tapi dia juga masih menunggu(?).

<<>>

#Flashback

Hari masih gelap menjelang pagi ketika Keith menghampiri Eve yang sedang menjaga Sisil di kamar. Sisil masih tertidur pulas. Keith menyalakan radio kom dengan Snipe yang berada di lantai atas supaya dia juga ikut mendengarkan.

“Dia adalah orang kedua yang diutus untuk menculik Sisil. Orang pertama tidak berumur panjang, bahkan tidak sempat mendekati Sisil. Tapi kedua rekanku juga ikut tewas dalam suatu kejadian yang tak terkira. Aku dan dua rekanku, Larry dan Hart sedang dalam pengejaran saat kami tiba-tiba diserang oleh sesuatu yang lain. Bukan dari pihak kami ataupun penculik itu. Empat orang dengan senjata api semi-auto, dan satu orang atau lebih patas disebut makhluk aneh karena lebih mirip frankenstein daripada manusia, bersenjata lebih berat memakai armor bergerak lebih lambat tapi tanpa basa-basi menyerang kami dan penculik itu secara brutal.

Kami mencoba melumpuhkan franken itu, tapi ternyata armor itu sungguhan, peluru tidak mempan. Sepertinya sasaran utama mereka adalah penculik itu. Tapi kami juga jadi terlibat karena kami juga ikut menyerang mereka. Untuk sementara kami sepakat melupakan rivalitas antara kami dan si penculik, kami berempat sekarang seperti bekerja sama menghadapi pasukan misterius itu. Sekian lamanya tembak-menembak berlangsung, kami berhasil mengatasi empat orang lainnya, tapi tanpa sadar daritadi kami terus terpukul mundur sedangkan makhluk itu berhasil mendekati si penculik. Mereka berdua terlibat pertarungan jarak dekat. Aku melihat pertarungan yang hebat.
Si penculik terus berusaha menyerang kepalanya karena bagian itu yang paling tidak terlindung, tapi franken itu selalu bisa menepis dengan tangannya. Dan seperti yang kuperkirakan penculik itu akhirnya kalah, dia mati dengan sangat mengenaskan, dadanya berlubang dan wajahnya hancur. Tak bisa kuceritakan lebih buruk daripada itu. Dalam kengerian itu kami sempat merasa lega karena orang yang kami hadapi sudah dilenyapkan. Tapi kami merasa simpati dan kasihan juga walaupun dia musuh tapi dia sempat bertempur di pihak yang sama walaupun tidak lama.

Makhluk franken itu melihat kami, lalu menyerang dengan granat tembak. Aku berhasil menghindar sedangkan dua rekanku terlambat. Hidupku selamat karena mereka terutama Hart yang berhasil menancapkan pisau ke punggungnya. Rupanya akibat pertarungan dengan sang penculik, armornya sedikit terbuka. Hart melihat celah itu dan dengan berani menusuknya. Meskipun dia akhirnya juga berakhir dengan tragis. Makhluk itu menjadi sulit bergerak dan aku memutuskan untuk kabur, pikirku aku juga takkan mampu menghadapinya meski dia sudah terluka. Melihat apa yang dilakukannya terhadap si penculik dan kedua rekanku, aku menjadi kehilangan keberanian, harusnya aku tidak meninggalkan mereka.

Sekarang aku menyesal membiarkannya hidup, mungkin makhluk itu akan muncul lagi dan aku menyarankan kalian tidak bertindak konyol. Jika saat itu datang sebaiknya kita tidak usah ikut campur.” Keith mengakhiri ceritanya. Ia lalu menyuruh Eve dan Snipe untuk beristirahat karena semalaman sudah terjaga.

“Tapi kau kan juga butuh tidur Kapten” Kata Eve.

“Tenang, aku sudah terbiasa tidur hanya tiga jam sehari. Aku sudah melakukannya ketika kalian berjaga tadi”.

“Hmm, pantas saja.. Baiklah, bangunkan kami kalau ada sesuatu. Sepertinya kita butuh kesepakatan jam-jam gencatan senjata dengan penculik itu untuk mengambil waktu istirahat..”,

“Haha, idemu bagus juga. Akan kuusahakan..” Ujar Keith dengan mengelus pisaunya. Eve pun berlalu sambil tersenyum seakan menangkap maksud sang kapten.

“Selamat tidur Snipe..”,

“Okey Eve, selamat berjaga Kapten..” Jawab Snipe.

#EndofFlashback

Mobil yang dikendarai Natasha hampir mencapai blokade polisi, dan Snipe harus menghentikannya sebelum itu. Namun tiba-tiba Nat memutar kemudinya sehingga sekarang mobilnya berjalan mundur dan sepertinya tidak berniat akan terhentikan oleh blokade. Karena gerakan memutar tadi masker Nat menjadi terlepas, sehingga dalam posisi itu Nat terlihat wajahnya oleh Keith dan Eve.

“Dia?! Bukannya dia temannya Sisil yang tadi?” Ucap Keith terkejut karena baru pertama ia melihat wajah sang penculik yang ternyata mirip dengan Natalia.

“Jangan tembak, kau bisa mengenai Sisil kalau dia menghindar!” Cegah Keith begitu Eve ingin menembak Nat. Sedangkan Snipe juga tidak bisa menembak karena dia tidak bisa melihat Nat dalam posisi itu. Mobil Nat terus berjalan mundur sampai menembus blokade polisi.

“Dia sungguh cerdik!... Tapi dia tidak tahu siapa yang dihadapinya”, Snipe kembali mengarahkan senapannya ke Natasha. Setelah melewati blokade, Natasha memutar kembali arah mobilnya. “Kena kau!” Di selang waktu yang sangat sempit, saat posisi mobil Natasha melintang arah jalan, Snipe menekan pelatuknya. *Slow motion, mobil memutar, Natasha terlihat, peluru meluncur deras, Nat melihat ke arahnya dan terkejut benar-benar tidak memperhitungkan kalau Snipe akan menembak saat itu.

Nat berusaha memprediksi arah tembakannya sambil meraih belati di sabuknya secepat mungkin untuk menangkis peluru itu(?)... ‘dezt...!!’ peluru itu mengenai belatinya, namun waktunya hanya selisih sedikit saja. Peluru itu hanya menggores pinggiran belati dan terus melaju hingga akhirnya menembus kaki Natasha tepat di betis kanannya.

“Aakkhhh..!” Natasha memekik tertahan, namun dia tahu dia harus terus mengemudi. Mobilnya kini melewati tepat di bawah Snipe. Snipe pun menyeberang jalan untuk mengikuti, tapi Natasha sudah terlalu jauh.

“Lapor Kapt! Dia lolos, tapi aku berhasil menembak kakinya” Lapor Snipe kepada Keith.

“Kami sedang dalam masalah di sini, terlalu banyak polisi”, Jawab Keith.

“Tidak masalah, kurasa aku tahu ke mana dia akan pergi..”,

“Baiklah, kami akan menyusul sebentar lagi”,

“Ya ya, aku sudah sering mendengar kata-kata itu”,

“Cepatlah sebelum kita kehilangan mereka!” Perintah Keith melalui radio. Snipe mengerti dan langsung bergegas naik ke mobil.

Rumah Sakit Blue Rose, tujuan paling dekat dan tepat untuk orang yang terluka. “Tidak kusangka dia benar-benar ke sini.” Ujar Snipe sambil memandangi layar perangkat yang dipegangnya.

Rupanya sejak awal Snipe sudah menembakkan peluru pelacak pada mobil Natasha. Snipe berlari masuk ke RS tersebut setelah melaporkan posisinya kepada sang Kapten. Unit pertolongan pertama, adalah ruangan paling realistis untuk diperiksa. Namun yang dicarinya tak ada di sana, Snipe pun bertanya kepada petugas dan mengetahui kalau memang tadi ada pasien yang memiliki luka tembak di kaki kanannya. Tapi sekarang tak diketahui pergi ke mana.

Snipe tak menyerah, ia menyusuri sambil mencari jejak dengan bertanya kepada orang di sekitarnya jika melihat seorang gadis yang kakinya terluka. Dari situ ia mengetahui dari seorang pasien kalau ada seorang perawat tadi mendorong ranjang berroda sendirian dan jalannya agak pincang.

“Itu pasti dia yang menyamar, tapi kenapa dia mendorong ranjang berroda? Jangan2 Sisil...” Snipe menuju ke ruang parkir mobil dengan khawatir. Dia menemukan Natasha sudah berada di belakang kemudi mobil ambulance. Sambil tersenyum pada Snipe, Natasha melemparkan granat asap yang cukup membuat Snipe tak bisa bernapas ataupun melihat dan akhirnya jatuh pingsan karena menghirup gasnya.

<><>

Bersambung....

>>> Episode 04

No comments:

Post a Comment